Minggu, 03 Juni 2018

Sabat

Kata shabbat dalam bahasa Ibrani berasal dari kata kerja shabat, dalam bahasa yang sama, yang secara harafiah berarti "berhenti", atau shev yang berarti "duduk". Meskipun shabbat hampir secara universal diterjemahkan "istirahat" atau suatu "masa istirahat", terjemahan yang lebih harafiah adalah "berhenti", dengan implikasi "berhenti dari melakukan pekerjaan". Jadi Sabat adalah hari untuk orang berhenti bekerja, dengan implikasinya beristirahat.
Kebetulan, hal ini menjelaskan pertanyaan teologis yang sering diajukan tentang mengapa Allah perlu "beristirahat" pada hari yang ketujuh dalam penciptaan alam semesta, seperti yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian pasal 1. Bila dipahami bahwa Allah "berhenti" bekerja dan bukannya "beristirahat" dari kerjanya, penggunaan ini lebih konsisten dengan pandangan Alkitab tentang Allah yang Mahakuasa yang tidak membutuhkan "istirahat". Namun, sering diikuti terjemahan yang jauh lebih umum yaitu sabat sebagai "istirahat".

Perhatikanlah ketika Allah menciptakan segala jenis bunga dan beragam tanaman lainnya (beserta tanah tempatnya bertumbuh), pada hari ketiga dari penciptaan. Dan dua kali pada hari itu, Allah menyatakan itu “baik” (Kej. 1:10,12). Hanya pada satu hari penciptaan lainnya—hari keenam—Allah kembali menyatakan “baik” sebanyak dua kali (ay.25,31). Bahkan pada hari ketika Allah menciptakan manusia dan mahakarya-Nya telah lengkap, Dia melihat semua yang telah diciptakan-Nya dan menyatakan, “sungguh amat baik!” 

Jadi sebenarnya Shabbat bukan sekedar satu hari dalam seminggu yang ditetapkan untuk kita libur (bukan soal itu jatuh pada hari Jumat, Sabtu atau Minggu), tetapi makna di dalamnya adalah beristirahat sebagaimana pemazmur menyelipkan kata sela untuk merenungkan mazmur yang telah dituliskannya, dimana saat itulah kita kembali melihat, merenungkan serta mengucap syukur akan penyertaan, kebaikan serta kemurahan Tuhan sepanjang sepekan hari-hari yang telah kita lalui. Sebagaimana Tuhan berhenti sejenak dan merenungkan karya penciptaan-Nya sebagaimana tercatat di Kitab Kejadian.

Sekalipun hari-hari yang kita lalui hari-hari merupakan yang penuh tantangan, namun kalau kita boleh ada pada hari ini semua hanya oleh Anugerah dan Kemurahan-Nya. Bahwa rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan yang memberikan kepada kita hari depan yang penuh Harapan. Oleh sebab itu saat kita berhenti dan merenungkan itu semua, maka kita dapat mengucap syukur di hari (Shabbat) yang Tuhan berikan kepada kita untuk beribadah kepada-Nya.

Selamat ber-Shabbat, selamat beribadah, bersyukur dan memuliakan Tuhan yang berlimpah Kebaikan dan Kasih Setia. Tuhan Yesus memberkati.